Google

Wednesday 24 October 2007

Apa itu Stroke

Penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak
mengalami gangguan (berkurang). Akibatnya, nutrisi dan oksigen yang
dbutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Penyebab stroke ada 2 macam,
yaitu adanya sumbatan di pembuluh darah (trombus), dan adanya pembuluh darah
yang pecah.
Umumnya stroke diderita oleh orang tua, karena proses penuaan menyebabkan
pembuluh darah mengeras dan menyempit (arteriosclerosis) dan adanya lemak yang
menyumbat pembuluh darah (atherosclerosis). Tapi beberapa kasus terakhir
menunjukkan peningkatan kasus stroke yang
terjadi pada usia remaja dan usia produktif (15 - 40 tahun). Pada golongan
ini, penyebab utama stroke adalah stress, penyalahgunaan narkoba, alkohol,
faktor keturunan, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Penyebab stroke
Pada kasus stroke usia remaja, faktor genetika (keturunan) merupakan
penyebab utama terjadinya stroke. Sering ditemui kasus stroke yang
disebabkan oleh pembuluh darah yang rapuh dan mudah pecah, atau kelainan
sistem darah seperti penyakit hemofilia dan thalassemia yang diturunkan oleh
orang tua penderita. Sedangkan jika ada anggota
keluarga yang menderita diabetes (penyakit kencing manis), hipertensi
(tekanan darah tinggi), dan penyakit jantung, kemungkinan terkena stroke
menjadi lebih besar pada anggota keluarga lainnya.
Penyebab serangan stroke lainnya adalah makanan dengan kadar kolesterol
jahat (Low Density Lipoprotein) yang sangat tinggi. Koleserol jahat ini banyak
terdapat pada junk food, atau makanan cepat saji. Selain itu, penyebab
terjadinya serangan stroke
lainnya adalah kebiasaan malas berolah raga dan bergerak, banyak minum
alkohol, merokok, penggunaan narkotika dan zat adiktif, waktu istirahat
yang sangat kurang, serta stress yang berkepanjangan. Pecahnya pembuluh
darah juga sering diakibatkan karena penyakit tekanan darah tinggi
(hipertensi).
Gejala terjadinya serangan stroke
Gejala awal stroke umumnya pusing, kepala serasa berputar (seperti
penyakit vertigo), kemudian disusul dengan gangguan berbicara dan
menggerakkan otot mulut. Gejala lainnya adalah tergangguanya sensor perasa
(tidak bisa merasakan apapun , seperti dicubit atau ditusuk jarum) dan
tubuh terasa lumpuh sebelah, serta tidak adanya gerakan refleks. Sering
juga terjadi buta mendadak atau kaburnya pandangan (karena suplai darah
dan oksigen ke mata berkurang drastis), terganggunya sistem rasa di mulut
dan otot-otot mulut (sehingga sering dijumpai wajah penderita menjadi
mencong), lumpuhnya otot-otot tubuh yang lain, dan terganggunya sistem
memory dan emosi. Sering dijumpai penderita tidak dapat menghentikan
tangisnya karena lumpuhnya kontrol otak pada sistem emosinya. Hal itu
membuat penderita stroke berlaku seperti penderita penyakit kejiwaan,
padahal bukan. Hal-hal seperti ini yang perlu dimengerti oleh keluarga
penderita.
Proses penyembuhan
Ada 2 proses penyembuhan utama yang harus dijalani penderita. Pertama
adalah penyembuhan dengan obat-obatan di rumah sakit. Kontrol yang ketat
harus dilakukan untuk menjaga agar kadar kolesterol jahat dapat diturunkan
dan tidak bertambah naik. Selain itu, penderita juga dilarang makan
makanan yang dapat memicu terjadinya serangan stroke seperti junk food dan
garam (dapat memicu hipertensi).
Proses penyembuhan kedua adalah fisiotherapy, yaitu latihan otot-otot untuk
mengembalikan fungsi otot dan fungsi
komunikasi agar mendekati kondisi semula. Fisiotherapi dilakukan bersama
instruktur fisiotherapi, dan pasien harus taat pada latihan yang
dilakukan. Jika fisiotherapi ini tidak dijalani dengan sungguh-sungguh,
maka dapat terjadi kelumpuhan permanen pada anggota tubuh yang pernah
mengalami kelumpuhan.
Kesembuhan pada penderita stroke sangat bervariasi. Ada yang bisa sembuh
sempurna (100 %), ada pula yang cuma 50 % saja. Kesembuhan ini tergantung
dari parah atau tidaknya serangan stroke, kondisi tubuh penderita,
ketaatan penderita dalam menjalani proses penyembuhan, ketekunan dan
semangat penderita untuk sembuh, serta dukungan dan pengertian dari
seluruh anggota keluarga penderita. Seringkali ditemui bahwa penderita
stroke dapat pulih kembali, tetapi menderita depresi hebat karena keluarga
mereka tidak mau mengerti dan merasa sangat terganggu dengan penyakit yang
dideritanya (seperti sikap tidak menerima keadaan penderita, perlakuan
kasar karena harus membersihkan kotoran penderita, menyerahkan penderita
kepada suster yang juga memperlakukan penderita dengan kasar, dan
sebagainya). Hal ini yang harus dihindarkan jika ada anggota keluarga yang
menderita serangan stroke.

Sebagai salah satu penyebab kematian terbanyak, penyakit stroke hanya
diidentikkan dengan kelumpuhan anggota gerak yang menyerang secara
tiba-tiba serta terjadinya penurunan kesadaran.
Justru gejala tersamar dari stroke kurang diwaspadai, seperti gangguan
bahasa, gangguan memori, gangguan emosi, gangguan perilaku, dan demensia
(pikun). Padahal, deteksi dini terhadap gejala stroke merupakan hal yang
utama, sebab sampai saat ini belum semua pelayanan kesehatan memiliki alat
mutakhir yang mampu mendeteksi stroke.
Demikian penjelasan Dodik Tugasworo SpS, staf bagian Neurologi Rumah Sakit
Umum (RSU) Dr Kariadi, Semarang, dalam seminar Stroke dan Rehabilitasi
yang digelar di Wisma Katarina RS Elizabeth, Semarang, Sabtu (22/2).
Pembicara lain adalah ahli Patologis Klinis dari RSU Dr Kariadi AP Pradana
SpPK, staf bagian Neurologi RSU Dr Kariadi, Martinus Julianto SpS, dan
ahli rehabilitasi medik RS Elizabeth E Endang Sri Mariani SpRM.
Di Amerika Serikat (AS), negara yang maju teknologinya, penyakit stroke
merupakan penyebab kematian kedua terbesar setelah penyakit jantung.
Setiap tahunnya diperkirakan 750.000 orang menderita stroke dengan angka
kematian melebihi 150.000 orang per tahun dan biaya riset 46 juta dollar
AS per tahun.
Sepertiga penderita meninggal saat serangan awal (fase akut), sepertiga
lagi mengalami stroke berulang, dan dari 50 persen yang selamat akan
mengalami kecacatan. Dari satu juta populasi, dilaporkan sekitar 2.400
orang menderita stroke dan sekitar 1.800 orang akan kambuh kembali.
Di Indonesia, data yang valid tentang prevalensi penderita stroke memang
belum ada. Namun sebagai contoh saja, di bangsal saraf RSU Dr Kariadi,
setiap bulannya menerima pasien stroke antara 40-60 orang. Sedangkan di RS
Elizabeth, tahun 2001 terdapat 152 penderita stroke, dan pada tahun 2002
menjadi 339 penderita stroke.
Pola modern
Peningkatan angka penderita stroke ini disebabkan pola hidup modern yang
tidak seimbang. Kurang berolahraga, namun pola makan tidak sehat dan sarat
dengan makanan junk food. Bahkan, stroke tak lagi cuma menyerang mereka
yang berumur 40 tahun ke atas, tetapi remaja dan anak-anak pun tak luput
dari serangan penyakit ini.
"Jika salah satu dari keluarga kita terkena stroke, bawalah segera ke
dokter. Penanganan yang cepat tidak boleh lebih dari 6 hingga 12 jam.
Bahkan, di luar negeri penanganan tidak boleh lebih dari tiga jam. Jika
serangan stroke tidak segera diatasi, akan terjadi dampak bagi kesembuhan
sang penderita," jelas Dodik
Martinus menjelaskan, stroke dapat dibagi dua bagian, yaitu stroke
perdarahan dan stroke sumbatan. Sekitar 80 persen penderita mengalami
stroke sumbatan dan hanya sedikit penderita yang mengalami stroke
perdarahan. Keduanya memiliki kelemahan, yaitu stroke perdarahan pada
tahap akut dapat mengakibatkan angka kematian (mortalitas) yang tinggi.
Sedangkan stroke sumbatan, yang sulit ditangani adalah gejala sisanya.
Stroke sumbatan mengakibatkan banyak sel otak yang mati. (VIN)

Sumber : Free Lists

No comments: