Dari Bakar bin Amer dari Abdullah bin Hurairah As Saba’i dari Abdurrahman bin Jubair yang memberitahukan bahwa ia telah diberi riwayat oleh seseorang yang pernah melayani Rasulullah shalallahu alaihi wasalam selama kurang lebih delapan tahun. Orang tersebut mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam berdoa ketika disuguhi makanan, “Jika Rasulullah shalallahu alaihi wasalam disuguhi makanan, beliau mengucapkan Bismillah. Dan jika telah selesai makan, beliau berdoa, ‘Allahumma ath’amta wa astaqoyta, wa aqnayta wa hadayta, wa ahyayta, falillahil hamdu ma a’thoyta [Ya Allah, Engkau telah memberi makan, memberi munim, memberi harta, memberi hadiah dan memberi penghidupan. Hanya milik Allah lah semua pujian, atas semua yang telah diberikan’.” [HR Ahmad 4/62, 5/375, Abusy Syaikh dalam Akhlaqun Nabi shalallahu alaihi wasalam].Hadits itu menjelaskan bahwa doa yang dibaca ketika akan makan adalah Bismillah, tah ada yang lain [tambahan]. Hadits-hadits shahih lainnya juga tidak menyebutkan adanya tambahan. Oleh karena itu tambahan itu merupakan bid’ah. Dan orang-orang yang memakai doa tambahan itu seandainya ditanya mereka akan menjadab, “Sebab doa itu telah banyak dipakai.”
Oleh karena itu mengenai adanya tambahan itu terdapat khilaf diantara ulama. Syaikh Abdullah bin Umar tidak mengakuinya sebagaimana di dalam Mustadrakul Hakim. Imam Suyuthi dalam Al Hawi Lil Fatawa 1/338 menyatakan bahwa tambahan itu adalah bid’ah madzmumah [tercela].
Sumber :
Silsilah Hadits Shahih dan Sekelumit Kandungan Hukumnya, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, CV. Pustaka Mantiq, 1995
Wednesday, 24 October 2007
Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah
Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
Hepatitis C
Hepatitis artinya peradangan pada hati. Alkohol, bahan-bahan kimia, obat-obatan, penyakit auto imun atau infeksi viral dapat menyebabkan hepatitis. Hepatitis C adalah infeksi viral. Infeksi viral berarti, ada suatu virus yang masuk dan hidup di dalam tubuh.
Virus Hepatitis C (VHC) ini sebelumnya dikenal sebagai penyebab Hepatitis non-A non-B (NANB) pasca transfusi. Virus ini sangat bervariasi karena terdiri dari berbagai macam subtipe. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa VHC bukan saja merupakan penyebab terbanyak Hepatitis NANB pasca-transfusi, tetapi juga sebagai penyebab dari kasus-kasus hepatitis NANB sporadis atau “community acquired”.
Hepatitis C tersebar di seluruh dunia. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat 100 juta pengidap kronis VHC. Dari segi epidemiologik, hepatitis C merupakan penyebab penyakit hati yang penting. Hal ini disebabkan selain menimbulkan hepatitis akut, sebagian besar penderitanya berlanjut menjadi hepatitis menahun dan pengidap yang merupakan sumber infeksi. Sekitar 20 dari penderita hepatitis menahun akan berkembang menjadi sirosis hati, yang sangat berpotensi menjadi kanker hati di kemudian hari. Waktu rata-rata diperlukan untuk berkembang menjadi sirosis hati adalah 17 tahun, dan menjadi kanker hati dalam waktu 20 tahun.
Tidak seluruh penederita hepatitis C menunjukkan gejala. Hanya sekitar 40% penderita yang timbul keluhan. Keluhan pun umumnya lebih ringan dari gejala yang ditimbulkan oleh Hepatitis A maupun B. Sisanya tidak memberikan gejala (asymptomatik). Pada hepatitis C kecenderungan untuk menjadi kronis dengan resiko menjadi sirosis dan kanker hati kemungkinannya sama dengan Hepatitis B. Seperti juga hepatitis B, pada hepatitis C juga terdapat pengidap sehat.
Cara Penularan
Penularan VHC terutama parenteral. Umumnya terjadi setelah mendapat kontak darah, seperti transfusi darah atau produk darah lainnya. Penggunaan bersama alat cukur atau sikat gigi dalam keluarga dapat menjadi salah satu cara penularan. Seperti HIV, karena virus ini adalah virus yang tinggal dalam darah, maka kontak darah merupakan cara penularan utama, seperti transfusi darah, tukar-menukar jarum suntik, peralatan dokter gigi yang tidak steril, dll. Selain itu virus ini juga dapat menular melalui cairan kelamin (saat hubungan seksual) dan ASI dari ibu pengidap Hepatitis C ke bayinya, meskipun memang angka kejadiannya lebih kecil daripada penularan melalui kontak darah.
Orang-orang yang mempunyai risiko tinggi terkena Hepatitis C adalah penderita penyakit yang memerlukan “cuci darah” (hemodialisa, kelompok pemakai obat secara intravena (Intravenous Drug User) atau pengguna narkoba suntikan, dan orang yang sering mendapat transfusi darah seperti penderita hemofilia dan thallasemia.
Di kalangan pecandu, penggunaan jarum suntik semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya penggunaan jarum suntik, meningkat secara tajam pula angka penularan virus Hepatitis C. Ini dikarenakan kebiasaan tukar menukar jarum suntik yang dilakukan oleh para pengguna narkoba suntikan. Sekarang ini, jumlah pengidap Hepatitis C sudah mencapai 90 % dari keseluruhan jumlah pecandu.
Gejala
Gejala Hepatitis C mirip dengan infeksi virus hepatitis B. Masa inkubasi berkisar antara 15-150 hari dengan rata-rata 8 minggu. Keluhan dan gejala yang ada antara lain kuning, air seni berwarna gelap, mual, mutah, kembung, tidak nafsu makan, rasa lelah, demam, mengigil, sakit kepala, sakit perut, mencret, sakit pada sendi dan otot, serta rasa pegal-pegal.
Gejala yang ditimbulkan oleh hepatitis C umumnya lebih ringan dibandingkan dengan hepatitis B. Kadang-kadang ditemukan penderita yang tanpa gejala. Nilai SGPT dan SGOT tidak setinggi pada hepatitis A dan B, tetapi dalam perjalanan penyakitnya terjadi kenaikan dan penurunan yang berfluktuasi, keadaan yang tidak ditemukan pada hepatitis virus lain. Setiap peningkatan enzim ini ada kaitannya dengan episode viremia.
Diagnosa
Diagnosa hepatitis C umumnya diperoleh dengan pemeriksaan berikut:
Pemeriksaan IgM anti-VHC dengan cara Elisa
IgM anti-VHC + menunjukkan adanya antibodi terhadap VHC. Antibodi ini tidak menyatakan kekebalan tetapi menadakan adanya partikel virus. Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosa infeksi akut hepatitis C, mengetahui aktivitas VHC pada infeksi kronis, dan untuk mengetahui respon pasien hepatitis C kronis terhadap pengobatan interferon.
Pemeriksaan VHC RNA dengan cara biomolekuler (PCR)
Manfaat pemeriksaan ini antara lain untuk memastikan apakah penderita benar-benar pengidap VHC, menentukan prognosis, dan mengukur respons penderita setelah pengobatan dengan interferon.
Prognosa
Sekitar 80-90% penderita yang terkena infeksi akut hepatitis C akan berlanjut penyakitnya menjadi penyakit kronis. Kejadian menjadi kronis jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan hepatitis B. Dilaporkan bahwa sekitar 20% penderita akan mengalami sirosis hati yang berlanjut menjadi kanker hati (karsinoma hepatoseluler). Selain itu, ada beberapa kasus diamana hepatitis C dapat menjadi hepatitis fulminan bila terjadi superinfeksi dengan virus hepatitis B kronis.
Pengobatan
Baru-baru ini, ada tiga jenis interveron dan suatu kombinasi interferon dan ribavirin yang digunakan untuk mengobati hepatitis C. Pasien yang akan dirawat dapat ditentukan melalui pemeriksaan biokimiawi, virologi, dan bila perlu, biopsi liver, bukan hanya lewat ada atau tidaknya gejala.
Interferon harus diberikan melalui suntikan, dan memiliki beberapa efek samping termasuk gejala yang mirip flu: sakit kepala, demam, merasa lelah, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, depresi, dan rambut rontok. Interferon juga dapat mengganggu /mengacaukan produksi sel darah putih dan platelet darah dengan menurunkan/melemahkan sumsum tulang. Tes darah secara periodik dibutuhkan untuk memonitor sel darah and platelet.
Ribavirin dapat menyebabkan anemia parah yang datang secara tiba-tiba dan kecacatan pada janin sehingga kehamilan sebainya dihindari oleh wanita yang sedang menjalani perawatan dan selama 6 bulan setelah perawatan. Tingkat keparahan dan jenis efek samping berbeda-beda bagi setiap orang. Perawatan bagi anak-anak dengan virus Hepatitis C masih dalam penelitian.
Meskipun 50-60% pasien menunjukkan respon terhadap perawatan pada awalnya, hilangnya virus untuk jangka waktu yang bertahan lama hanya terjadi pada sekitar 10-40% pasien. Perawatan dapat diperpanjang dan diberikan untuk kedua kalinya bagi yang relapse setelah perawatan awal. Perawatan ulang dengan konsensus interferon yang dirancang secara biologis saja dapat menghilangkan virus pada 58% pasien yang dirawat selama satu tahun. Efek samping dapat terjadi tetapi pengobatannya sendiri biasanya dapat ditolerir dengan baik. Terapi kombinasi (interferon dan ribavirin) menunjukkan hilangnya virus setelah terapi selama 6 bulan. Efek samping dapat muncul dari kedua obat.
Sekarang ini, di Amerika Serikat hampir satu setengah transplantasi liver dilakukan untuk hepatitis-C tahap akhir. Tetapi, infeksi ulang HCV pada liver hasil transplantasi juga terjadi dengan angka yang tinggi. Untungnya, ini jarang memerlukan transplantasi kedua.
Orang-orang dengan hepatitis C sebaiknya melakukan vaksinasi hepatitis A dan B dan sebaiknya tidak minum alkoholCobalah untuk menjalankan pola hidup sehat dengan diet yang seimbang, olahraga, dan memiliki sikap yang positif. Hindari pekerjaan atau tugas yang berlebihan dan membuat depresi dan belajarlah untuk merawat diri Anda dan beristirahatlah bila Anda merasa lelah. Kerjakan pekerjaan atau tugas yang melelahkan fisik pada pagi hari saat level energi Anda sedang berada di puncaknya.
Interferon diberikan dengan dosis lebih tinggi, dengan jangka waktu pemberian yang lebih lama. Hasil lebih baik bila diberikan pada penderita yang usianya kurang dari 45 tahun, tidak ada sirosis, dan penyakitnya belum berlangsung lama.
Tetapi pengobatan dengan interferon ini masih diperdebatkan hasilnya, karena belum ada kepastian 100% bahwa interferon dapat menyembuhkan, atau menghilangkan virus yang ada. Kurang lebih baru sekitar 50% dari kasus yang ada melaporkan bahwa virus Hepatitis C mereka hilang, atau sembuh.
Selain itu, Interferon memiliki dampak samping yang berbahaya, yaitu depresi, disamping efek-efek samping lainnya yang bersifat fisik. Itulah sebabnya tidak dianjurkan bagi para pecandu yang baru bersih untuk menjalani pengobatan dengan Interferon ini. Para pecandu pada umumnya memang orang-orang yang depresi, dan efek samping dari interferon ini sangat berbahaya bagi pemulihan si pecandu itu, terutama bila ia baru dalam pemulihan dan belum cukup stabil, kecenderungan untuk relapse akan besar sekali.
Sebaiknya sebelum menjalani pengobatan dengan interferon para pecandu terlebih dahulu berkonsultasi, baik dengan dokter maupun dengan konselornya, atau orang-orang yang lebih lama berada dalam pemulihan. Sebaiknya si pecandu telah memiliki dasar pemulihan yang cukup solid agar lebih bisa mengatasi dampak psikologis yang mungkin timbul saat pengobatan ataupun bila hasil setelah mengikuti pengobatan ternyata masih positif. Untuk itu, sebaiknya jika memang memutuskan untuk menjalani pengobatan, ia dikelilingi oleh orang-orang yang memahaminya misalnya sesama pecandu dalam pemulihan dengan waktu bersih dan umur pemulihan yang lebih lama darinya, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Kecenderungan untuk mengisolasi diri akan besar dan ini sebaiknya jangan dibiarkan berlarut-larut terlalu lama.Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh pihak medis adalah dengan melakukan uji saring donor darah terhadap infeksi virus Hepatitis C.
Di kalangan pecandu sendiri, harm reduction dapat dilakukan dengan selalu menggunakan jarum suntik baru dan tidak saling tukar-menukar jarum suntik. Dan jika berhubungan seks pemakaian kondom sangat dianjurkan.
Ibu yang mengidap virus Hepatitis C sebaiknya tidak menyusui bayinya, dan melakukan tes Hepatits C pada bayinya setelah bayi berusia 18 bulan (masa inkubasi VHC pada bayi).
Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tak terdeteksi pada seseorang selama puluhan tahun dan perlahan-lahan merusak organ hati (lever). Penyakit ini sekarang muncul sebagai salah satu masalah pemeliharaan kesehatan utama di Amerika Serikat, baik dalam segi hilangnya nyawa maupun tekanan pada ekonomi. Di Indonesia, Hepatitis C memang masih kalah terkenal dibandingkan dengan Hepatitis B. Padahal, penderitanya cukup banyak.
Biasanya orang-orang yang menderita penyakit hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini, karena memang tidak ada gejala-gejala khusus. Malah beberapa orang berpikir kalau mereka hanya terserang flu. Gejala yang biasa mereka rasakan antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau hilangnya nafsu makan.
Meskipun penyakit ini dapat dideteksi melalui tes darah sederhana, para dokter, petugas asuransi, dan pejabat kesehatan pemerintah semua mengungkapkan keprihatinannya tentang makin maraknya orang yang terjangkit dan hanya sedikit korban yang tahu mereka terinfeksi:
• American Medical Association -yang mewakili para dokter- mengatakan, Hepatitis C kemungkinan akan menjadi “prioritas utama kesehatan masyarakat, karena jumlah penduduk yang meninggal akibat penyakit ini dan orang yang membutuhkan cangkok hati diperkirakan akan meningkat secara besar-besaran dalam dasawarsa berikut.”
• National Institute of Allergy and Infectious Diseases, satu divisi National Institutes of Health milik pemerintah, dengan agak cemas telah mengingatkan, “tanpa pengobatan yang lebih baik, angka kematian diperkirakan akan naik tiga kali lipat pada 2015 -lebih tinggi daripada tingkat kematian per tahun sekarang akibat AIDS.”
• Kelompok usaha asuransi terkenal, Alliance of American Insurers yang berkantor pusat di Downers Grove, Illinois, menyebut hepatitis C sebagai suatu “epidemi yang sedang berkembang.”
• American Liver Foundation, lembaga advokasi yang berkantor pusat di New York mengatakan, Hepatitis C merupakan penyebab utama transplantasi hati di Amerika Serikat. Permintaan hati yang telah jauh melampaui persediaan diperkirakan akan naik dalam jumlah besar selama 20 tahun berikut.
Angka statistik yang membingungkan ini mungkin sebagian berakar dalam perilaku yang berisiko tinggi. Enam puluh persen infeksi baru terjadi akibat pemakaian jarum bersama, demikian menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta. Menurut CDC, Hepatitis C adalah infeksi kronis yang ditularkan oleh darah yang paling umum di Amerika Serikat. Sekitar 4 juta orang terinfeksi, atau 1,8 persen dari seluruh penduduk. Dari jumlah ini, sekitar 2,7 juta orang diduga terinfeksi kronis - suatu tahap dalam penyakit ini ketika kerusakan hati telah terjadi atau hampir terjadi. Selain itu, Hepatitis C menimbulkan penyakit hati kronis dan kemungkinan mengakibatkan kematian di antara tujuh dari sepuluh orang yang terinfeksi.
Hepatitis C sering dicampuradukkan dengan dua jenis hepatitis yang tidak begitu mematikan lainnya, yang dikenal sebagai Hepatitis A dan B. Kedua jenis terakhir ini dapat dicegah melalui vaksinasi. Hepatitis A ditularkan terutama oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Itulah sebabnya orang yang sering bepergian ke negara-negara lain sering terinfeksi hepatitis ini. Meskipun dapat menimbulkan demam tinggi dan mengganggu fungsi hati sehingga mengakibatkan penyakit kuning - warna pucat kekuning-kuningan pada kulit dan bagian putih mata -penyakit ini jarang mengakibatkan penyakit hati kronis. Hampir semua orang pulih tanpa meninggalkan masalah yang berkepanjangan.
Hepatitis B muncul dalam darah seperti Hepatitis C. Penyakit ini menyebar melalui kontak dengan darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi. Hubungan seks dengan orang yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat dapat menyebarkan penyakit ini. Gejalanya meliputi penyakit kuning, lemah, rasa sakit pada perut dan muntah. Namun, hampir semua penderitanya sembuh. Hanya 2 persen hingga 6 persen orang yang terkena penyakit ini mengalami kerusakan hati serius.
Hepatitis C ditularkan melalui kontak seksual, penggunaan obat-obatan dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang telah terinfeksi. Para pakar yakin, kemungkinan ada faktor risiko lain yang memerlukan studi lebih lanjut, seperti penggunaan tato atau menusuk tubuh dalam lingkungan yang tidak bersih. CDC mengatakan, penerima transfusi darah sebelum 1992 -ketika persediaan darah Amerika secara nasional dimusnahkan karena darah itu ternoda -juga mempunyai risiko terjangkit penyakit ini.
Hepatitis C sangat membingungkan bagi pekerja perawatan kesehatan karena belum ada vaksinnya. Selain itu, hanya dalam sejumlah relatif kecil dari kasus yang baru-baru ini didiagnosa, barangkali sekitar 25 persen, pasien memperlihatkan gejalanya dan gejala ini pun mirip dengan gejala Hepatitis B. Kebanyakan kasus baru terjadi pada orang dewasa berusia muda, antara 25 hingga 40 tahun. Kecuali pasien sendiri meminta dilakukannya tes darah sederhana untuk memeriksa apakah muncul antibodi yang menjadi petunjuk adanya infeksi ini, Hepatitis C dapat tetap tidak ketahuan selama bertahun-tahun.
Menurut Dr. Peter Somani, mantan direktur Ohio Department of Health, “kebanyakan orang tidak tahu bahwa mereka telah mengidap Hepatitis C sampai mereka mengalami fase kronis dan kerusakan hati yang telah parah.” Begitu seseorang disembuhkan dengan memberikan obat-obat utama -yaitu gabungan dua obat Interferon-Alfa dan Ribavirin, penyakit ini dapat ditahan walau jarang mendapat kesembuhan.
Hati adalah salah satu organ tubuh yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi; memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol; menyaring produk-produk yang tidak berguna lagi dari darah; dan bertindak sebagai semacam pengaruh seluruh bagian tubuh yang menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam sistem itu. Kalau hati tidak sanggup berfungsi, tubuh akan rentan terhadap infeksi sekunder dan organ pada umumnya akan gagal berfungsi.
Usaha menemukan vaksin untuk penyakit Hepatitis C memang terus berlangsung. Tetapi tampaknya sampai saat ini belum ditemukan. Untuk itulah beberapa tips berikut ini mungkin bisa membantu Anda dalam usaha menjaga diri terhindar dari penyakit Hepatitis C:
1. Jangan gunakan benda-benda pribadi yang kemungkinan bisa menyebabkan terjadinya pendarahan. Contohnya: sikat gigi dan alat cukur. Jika ada luka sayatan segera bersihkan dan obati luka pada kulit, setelah itu balut lukanya.
2. Bicarakan dengan pasangan Anda mengenai virus Hepatitis C, serta penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.
Virus Hepatitis C (VHC) ini sebelumnya dikenal sebagai penyebab Hepatitis non-A non-B (NANB) pasca transfusi. Virus ini sangat bervariasi karena terdiri dari berbagai macam subtipe. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa VHC bukan saja merupakan penyebab terbanyak Hepatitis NANB pasca-transfusi, tetapi juga sebagai penyebab dari kasus-kasus hepatitis NANB sporadis atau “community acquired”.
Hepatitis C tersebar di seluruh dunia. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat 100 juta pengidap kronis VHC. Dari segi epidemiologik, hepatitis C merupakan penyebab penyakit hati yang penting. Hal ini disebabkan selain menimbulkan hepatitis akut, sebagian besar penderitanya berlanjut menjadi hepatitis menahun dan pengidap yang merupakan sumber infeksi. Sekitar 20 dari penderita hepatitis menahun akan berkembang menjadi sirosis hati, yang sangat berpotensi menjadi kanker hati di kemudian hari. Waktu rata-rata diperlukan untuk berkembang menjadi sirosis hati adalah 17 tahun, dan menjadi kanker hati dalam waktu 20 tahun.
Tidak seluruh penederita hepatitis C menunjukkan gejala. Hanya sekitar 40% penderita yang timbul keluhan. Keluhan pun umumnya lebih ringan dari gejala yang ditimbulkan oleh Hepatitis A maupun B. Sisanya tidak memberikan gejala (asymptomatik). Pada hepatitis C kecenderungan untuk menjadi kronis dengan resiko menjadi sirosis dan kanker hati kemungkinannya sama dengan Hepatitis B. Seperti juga hepatitis B, pada hepatitis C juga terdapat pengidap sehat.
Cara Penularan
Penularan VHC terutama parenteral. Umumnya terjadi setelah mendapat kontak darah, seperti transfusi darah atau produk darah lainnya. Penggunaan bersama alat cukur atau sikat gigi dalam keluarga dapat menjadi salah satu cara penularan. Seperti HIV, karena virus ini adalah virus yang tinggal dalam darah, maka kontak darah merupakan cara penularan utama, seperti transfusi darah, tukar-menukar jarum suntik, peralatan dokter gigi yang tidak steril, dll. Selain itu virus ini juga dapat menular melalui cairan kelamin (saat hubungan seksual) dan ASI dari ibu pengidap Hepatitis C ke bayinya, meskipun memang angka kejadiannya lebih kecil daripada penularan melalui kontak darah.
Orang-orang yang mempunyai risiko tinggi terkena Hepatitis C adalah penderita penyakit yang memerlukan “cuci darah” (hemodialisa, kelompok pemakai obat secara intravena (Intravenous Drug User) atau pengguna narkoba suntikan, dan orang yang sering mendapat transfusi darah seperti penderita hemofilia dan thallasemia.
Di kalangan pecandu, penggunaan jarum suntik semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya penggunaan jarum suntik, meningkat secara tajam pula angka penularan virus Hepatitis C. Ini dikarenakan kebiasaan tukar menukar jarum suntik yang dilakukan oleh para pengguna narkoba suntikan. Sekarang ini, jumlah pengidap Hepatitis C sudah mencapai 90 % dari keseluruhan jumlah pecandu.
Gejala
Gejala Hepatitis C mirip dengan infeksi virus hepatitis B. Masa inkubasi berkisar antara 15-150 hari dengan rata-rata 8 minggu. Keluhan dan gejala yang ada antara lain kuning, air seni berwarna gelap, mual, mutah, kembung, tidak nafsu makan, rasa lelah, demam, mengigil, sakit kepala, sakit perut, mencret, sakit pada sendi dan otot, serta rasa pegal-pegal.
Gejala yang ditimbulkan oleh hepatitis C umumnya lebih ringan dibandingkan dengan hepatitis B. Kadang-kadang ditemukan penderita yang tanpa gejala. Nilai SGPT dan SGOT tidak setinggi pada hepatitis A dan B, tetapi dalam perjalanan penyakitnya terjadi kenaikan dan penurunan yang berfluktuasi, keadaan yang tidak ditemukan pada hepatitis virus lain. Setiap peningkatan enzim ini ada kaitannya dengan episode viremia.
Diagnosa
Diagnosa hepatitis C umumnya diperoleh dengan pemeriksaan berikut:
Pemeriksaan IgM anti-VHC dengan cara Elisa
IgM anti-VHC + menunjukkan adanya antibodi terhadap VHC. Antibodi ini tidak menyatakan kekebalan tetapi menadakan adanya partikel virus. Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosa infeksi akut hepatitis C, mengetahui aktivitas VHC pada infeksi kronis, dan untuk mengetahui respon pasien hepatitis C kronis terhadap pengobatan interferon.
Pemeriksaan VHC RNA dengan cara biomolekuler (PCR)
Manfaat pemeriksaan ini antara lain untuk memastikan apakah penderita benar-benar pengidap VHC, menentukan prognosis, dan mengukur respons penderita setelah pengobatan dengan interferon.
Prognosa
Sekitar 80-90% penderita yang terkena infeksi akut hepatitis C akan berlanjut penyakitnya menjadi penyakit kronis. Kejadian menjadi kronis jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan hepatitis B. Dilaporkan bahwa sekitar 20% penderita akan mengalami sirosis hati yang berlanjut menjadi kanker hati (karsinoma hepatoseluler). Selain itu, ada beberapa kasus diamana hepatitis C dapat menjadi hepatitis fulminan bila terjadi superinfeksi dengan virus hepatitis B kronis.
Pengobatan
Baru-baru ini, ada tiga jenis interveron dan suatu kombinasi interferon dan ribavirin yang digunakan untuk mengobati hepatitis C. Pasien yang akan dirawat dapat ditentukan melalui pemeriksaan biokimiawi, virologi, dan bila perlu, biopsi liver, bukan hanya lewat ada atau tidaknya gejala.
Interferon harus diberikan melalui suntikan, dan memiliki beberapa efek samping termasuk gejala yang mirip flu: sakit kepala, demam, merasa lelah, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, depresi, dan rambut rontok. Interferon juga dapat mengganggu /mengacaukan produksi sel darah putih dan platelet darah dengan menurunkan/melemahkan sumsum tulang. Tes darah secara periodik dibutuhkan untuk memonitor sel darah and platelet.
Ribavirin dapat menyebabkan anemia parah yang datang secara tiba-tiba dan kecacatan pada janin sehingga kehamilan sebainya dihindari oleh wanita yang sedang menjalani perawatan dan selama 6 bulan setelah perawatan. Tingkat keparahan dan jenis efek samping berbeda-beda bagi setiap orang. Perawatan bagi anak-anak dengan virus Hepatitis C masih dalam penelitian.
Meskipun 50-60% pasien menunjukkan respon terhadap perawatan pada awalnya, hilangnya virus untuk jangka waktu yang bertahan lama hanya terjadi pada sekitar 10-40% pasien. Perawatan dapat diperpanjang dan diberikan untuk kedua kalinya bagi yang relapse setelah perawatan awal. Perawatan ulang dengan konsensus interferon yang dirancang secara biologis saja dapat menghilangkan virus pada 58% pasien yang dirawat selama satu tahun. Efek samping dapat terjadi tetapi pengobatannya sendiri biasanya dapat ditolerir dengan baik. Terapi kombinasi (interferon dan ribavirin) menunjukkan hilangnya virus setelah terapi selama 6 bulan. Efek samping dapat muncul dari kedua obat.
Sekarang ini, di Amerika Serikat hampir satu setengah transplantasi liver dilakukan untuk hepatitis-C tahap akhir. Tetapi, infeksi ulang HCV pada liver hasil transplantasi juga terjadi dengan angka yang tinggi. Untungnya, ini jarang memerlukan transplantasi kedua.
Orang-orang dengan hepatitis C sebaiknya melakukan vaksinasi hepatitis A dan B dan sebaiknya tidak minum alkoholCobalah untuk menjalankan pola hidup sehat dengan diet yang seimbang, olahraga, dan memiliki sikap yang positif. Hindari pekerjaan atau tugas yang berlebihan dan membuat depresi dan belajarlah untuk merawat diri Anda dan beristirahatlah bila Anda merasa lelah. Kerjakan pekerjaan atau tugas yang melelahkan fisik pada pagi hari saat level energi Anda sedang berada di puncaknya.
Interferon diberikan dengan dosis lebih tinggi, dengan jangka waktu pemberian yang lebih lama. Hasil lebih baik bila diberikan pada penderita yang usianya kurang dari 45 tahun, tidak ada sirosis, dan penyakitnya belum berlangsung lama.
Tetapi pengobatan dengan interferon ini masih diperdebatkan hasilnya, karena belum ada kepastian 100% bahwa interferon dapat menyembuhkan, atau menghilangkan virus yang ada. Kurang lebih baru sekitar 50% dari kasus yang ada melaporkan bahwa virus Hepatitis C mereka hilang, atau sembuh.
Selain itu, Interferon memiliki dampak samping yang berbahaya, yaitu depresi, disamping efek-efek samping lainnya yang bersifat fisik. Itulah sebabnya tidak dianjurkan bagi para pecandu yang baru bersih untuk menjalani pengobatan dengan Interferon ini. Para pecandu pada umumnya memang orang-orang yang depresi, dan efek samping dari interferon ini sangat berbahaya bagi pemulihan si pecandu itu, terutama bila ia baru dalam pemulihan dan belum cukup stabil, kecenderungan untuk relapse akan besar sekali.
Sebaiknya sebelum menjalani pengobatan dengan interferon para pecandu terlebih dahulu berkonsultasi, baik dengan dokter maupun dengan konselornya, atau orang-orang yang lebih lama berada dalam pemulihan. Sebaiknya si pecandu telah memiliki dasar pemulihan yang cukup solid agar lebih bisa mengatasi dampak psikologis yang mungkin timbul saat pengobatan ataupun bila hasil setelah mengikuti pengobatan ternyata masih positif. Untuk itu, sebaiknya jika memang memutuskan untuk menjalani pengobatan, ia dikelilingi oleh orang-orang yang memahaminya misalnya sesama pecandu dalam pemulihan dengan waktu bersih dan umur pemulihan yang lebih lama darinya, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Kecenderungan untuk mengisolasi diri akan besar dan ini sebaiknya jangan dibiarkan berlarut-larut terlalu lama.Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh pihak medis adalah dengan melakukan uji saring donor darah terhadap infeksi virus Hepatitis C.
Di kalangan pecandu sendiri, harm reduction dapat dilakukan dengan selalu menggunakan jarum suntik baru dan tidak saling tukar-menukar jarum suntik. Dan jika berhubungan seks pemakaian kondom sangat dianjurkan.
Ibu yang mengidap virus Hepatitis C sebaiknya tidak menyusui bayinya, dan melakukan tes Hepatits C pada bayinya setelah bayi berusia 18 bulan (masa inkubasi VHC pada bayi).
Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tak terdeteksi pada seseorang selama puluhan tahun dan perlahan-lahan merusak organ hati (lever). Penyakit ini sekarang muncul sebagai salah satu masalah pemeliharaan kesehatan utama di Amerika Serikat, baik dalam segi hilangnya nyawa maupun tekanan pada ekonomi. Di Indonesia, Hepatitis C memang masih kalah terkenal dibandingkan dengan Hepatitis B. Padahal, penderitanya cukup banyak.
Biasanya orang-orang yang menderita penyakit hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini, karena memang tidak ada gejala-gejala khusus. Malah beberapa orang berpikir kalau mereka hanya terserang flu. Gejala yang biasa mereka rasakan antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau hilangnya nafsu makan.
Meskipun penyakit ini dapat dideteksi melalui tes darah sederhana, para dokter, petugas asuransi, dan pejabat kesehatan pemerintah semua mengungkapkan keprihatinannya tentang makin maraknya orang yang terjangkit dan hanya sedikit korban yang tahu mereka terinfeksi:
• American Medical Association -yang mewakili para dokter- mengatakan, Hepatitis C kemungkinan akan menjadi “prioritas utama kesehatan masyarakat, karena jumlah penduduk yang meninggal akibat penyakit ini dan orang yang membutuhkan cangkok hati diperkirakan akan meningkat secara besar-besaran dalam dasawarsa berikut.”
• National Institute of Allergy and Infectious Diseases, satu divisi National Institutes of Health milik pemerintah, dengan agak cemas telah mengingatkan, “tanpa pengobatan yang lebih baik, angka kematian diperkirakan akan naik tiga kali lipat pada 2015 -lebih tinggi daripada tingkat kematian per tahun sekarang akibat AIDS.”
• Kelompok usaha asuransi terkenal, Alliance of American Insurers yang berkantor pusat di Downers Grove, Illinois, menyebut hepatitis C sebagai suatu “epidemi yang sedang berkembang.”
• American Liver Foundation, lembaga advokasi yang berkantor pusat di New York mengatakan, Hepatitis C merupakan penyebab utama transplantasi hati di Amerika Serikat. Permintaan hati yang telah jauh melampaui persediaan diperkirakan akan naik dalam jumlah besar selama 20 tahun berikut.
Angka statistik yang membingungkan ini mungkin sebagian berakar dalam perilaku yang berisiko tinggi. Enam puluh persen infeksi baru terjadi akibat pemakaian jarum bersama, demikian menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta. Menurut CDC, Hepatitis C adalah infeksi kronis yang ditularkan oleh darah yang paling umum di Amerika Serikat. Sekitar 4 juta orang terinfeksi, atau 1,8 persen dari seluruh penduduk. Dari jumlah ini, sekitar 2,7 juta orang diduga terinfeksi kronis - suatu tahap dalam penyakit ini ketika kerusakan hati telah terjadi atau hampir terjadi. Selain itu, Hepatitis C menimbulkan penyakit hati kronis dan kemungkinan mengakibatkan kematian di antara tujuh dari sepuluh orang yang terinfeksi.
Hepatitis C sering dicampuradukkan dengan dua jenis hepatitis yang tidak begitu mematikan lainnya, yang dikenal sebagai Hepatitis A dan B. Kedua jenis terakhir ini dapat dicegah melalui vaksinasi. Hepatitis A ditularkan terutama oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Itulah sebabnya orang yang sering bepergian ke negara-negara lain sering terinfeksi hepatitis ini. Meskipun dapat menimbulkan demam tinggi dan mengganggu fungsi hati sehingga mengakibatkan penyakit kuning - warna pucat kekuning-kuningan pada kulit dan bagian putih mata -penyakit ini jarang mengakibatkan penyakit hati kronis. Hampir semua orang pulih tanpa meninggalkan masalah yang berkepanjangan.
Hepatitis B muncul dalam darah seperti Hepatitis C. Penyakit ini menyebar melalui kontak dengan darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi. Hubungan seks dengan orang yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat dapat menyebarkan penyakit ini. Gejalanya meliputi penyakit kuning, lemah, rasa sakit pada perut dan muntah. Namun, hampir semua penderitanya sembuh. Hanya 2 persen hingga 6 persen orang yang terkena penyakit ini mengalami kerusakan hati serius.
Hepatitis C ditularkan melalui kontak seksual, penggunaan obat-obatan dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang telah terinfeksi. Para pakar yakin, kemungkinan ada faktor risiko lain yang memerlukan studi lebih lanjut, seperti penggunaan tato atau menusuk tubuh dalam lingkungan yang tidak bersih. CDC mengatakan, penerima transfusi darah sebelum 1992 -ketika persediaan darah Amerika secara nasional dimusnahkan karena darah itu ternoda -juga mempunyai risiko terjangkit penyakit ini.
Hepatitis C sangat membingungkan bagi pekerja perawatan kesehatan karena belum ada vaksinnya. Selain itu, hanya dalam sejumlah relatif kecil dari kasus yang baru-baru ini didiagnosa, barangkali sekitar 25 persen, pasien memperlihatkan gejalanya dan gejala ini pun mirip dengan gejala Hepatitis B. Kebanyakan kasus baru terjadi pada orang dewasa berusia muda, antara 25 hingga 40 tahun. Kecuali pasien sendiri meminta dilakukannya tes darah sederhana untuk memeriksa apakah muncul antibodi yang menjadi petunjuk adanya infeksi ini, Hepatitis C dapat tetap tidak ketahuan selama bertahun-tahun.
Menurut Dr. Peter Somani, mantan direktur Ohio Department of Health, “kebanyakan orang tidak tahu bahwa mereka telah mengidap Hepatitis C sampai mereka mengalami fase kronis dan kerusakan hati yang telah parah.” Begitu seseorang disembuhkan dengan memberikan obat-obat utama -yaitu gabungan dua obat Interferon-Alfa dan Ribavirin, penyakit ini dapat ditahan walau jarang mendapat kesembuhan.
Hati adalah salah satu organ tubuh yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi; memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol; menyaring produk-produk yang tidak berguna lagi dari darah; dan bertindak sebagai semacam pengaruh seluruh bagian tubuh yang menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam sistem itu. Kalau hati tidak sanggup berfungsi, tubuh akan rentan terhadap infeksi sekunder dan organ pada umumnya akan gagal berfungsi.
Usaha menemukan vaksin untuk penyakit Hepatitis C memang terus berlangsung. Tetapi tampaknya sampai saat ini belum ditemukan. Untuk itulah beberapa tips berikut ini mungkin bisa membantu Anda dalam usaha menjaga diri terhindar dari penyakit Hepatitis C:
1. Jangan gunakan benda-benda pribadi yang kemungkinan bisa menyebabkan terjadinya pendarahan. Contohnya: sikat gigi dan alat cukur. Jika ada luka sayatan segera bersihkan dan obati luka pada kulit, setelah itu balut lukanya.
2. Bicarakan dengan pasangan Anda mengenai virus Hepatitis C, serta penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.
Hepatitis B
Hepatitis B adalah peradangan pada hati. Selain tipe A, virus hepatitis B paling sering ditemui. Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh sempurna dan mempunyai kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan. Orang itu akan terus menerus membawa virus hepatitis B dan bisa menjadi sumber penularan. Penularannya dapat terjadi lewat jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia. Hepatitis B sangat beresiko bagi pecandu narkotika dan orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, demam ringan, mual, kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning dan air kencing berwarna gelap.
Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan interferon alfa-2b, lamivudine dan imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B (diberikan 14 hari setelah paparan). Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun lalu.
Untuk mencegah penularan hepatitis B adalah dengan imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang baru lahir, menghindari hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, menghindari penyalah-gunaan obat dan pemakaian bersama jarum suntik, menghindari pemakaian bersama sikat gigi ataupun alat cukur dan memastikan alat suci-hama bila ingin bertatto, melubangi terlinga atau tusuk jarum.
Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, demam ringan, mual, kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning dan air kencing berwarna gelap.
Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan interferon alfa-2b, lamivudine dan imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B (diberikan 14 hari setelah paparan). Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun lalu.
Untuk mencegah penularan hepatitis B adalah dengan imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang baru lahir, menghindari hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, menghindari penyalah-gunaan obat dan pemakaian bersama jarum suntik, menghindari pemakaian bersama sikat gigi ataupun alat cukur dan memastikan alat suci-hama bila ingin bertatto, melubangi terlinga atau tusuk jarum.
Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
HEPATITIS
Kanker hati adalah kanker yang sering dijumpai di Indonesia. Kanker ini dihubungkan dengan infeksi hepatitis B atau C. Artinya, pada umumnya penderita kanker hati pernah terinfeksi hepatitis B atau C.
Istilah “hepatitis” sendiri dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A), bisa kronik (hepatitis B dan C) dan bisa juga kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C).
Virus yang menyebabkan penyakit ini berada dalam cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa ditularkan ke orang lain. Memang sebagian orang yang terinfeksi virus ini bisa sembuh dengan sendirinya, namun demikian virus ini akan menetap dalam tubuh seumur hidup.
Penyakit hepatitis B dan C sering dialami penduduk Indonesia (Peta Penyebaran Penyakit Hepatitis di Indonesia, 2002: http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m9_s2_i231_b.pdf). Kedua penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh, seperti lewat hubungan seksual, jarum suntik, dan transfusi darah. Pada umumnya, saat ini transfusi darah sudah aman: darah yang akan diberikan diskrining hepatitis B, hepatitis C, dan HIV. Dengan demikian kemungkinan penularan Hepatitis dan HIV melalui transfusi darah sudah menjadi kecil.
Istilah “hepatitis” sendiri dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A), bisa kronik (hepatitis B dan C) dan bisa juga kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C).
Virus yang menyebabkan penyakit ini berada dalam cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa ditularkan ke orang lain. Memang sebagian orang yang terinfeksi virus ini bisa sembuh dengan sendirinya, namun demikian virus ini akan menetap dalam tubuh seumur hidup.
Penyakit hepatitis B dan C sering dialami penduduk Indonesia (Peta Penyebaran Penyakit Hepatitis di Indonesia, 2002: http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m9_s2_i231_b.pdf). Kedua penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh, seperti lewat hubungan seksual, jarum suntik, dan transfusi darah. Pada umumnya, saat ini transfusi darah sudah aman: darah yang akan diberikan diskrining hepatitis B, hepatitis C, dan HIV. Dengan demikian kemungkinan penularan Hepatitis dan HIV melalui transfusi darah sudah menjadi kecil.
Apa itu Stroke
Penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak
mengalami gangguan (berkurang). Akibatnya, nutrisi dan oksigen yang
dbutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Penyebab stroke ada 2 macam,
yaitu adanya sumbatan di pembuluh darah (trombus), dan adanya pembuluh darah
yang pecah.
Umumnya stroke diderita oleh orang tua, karena proses penuaan menyebabkan
pembuluh darah mengeras dan menyempit (arteriosclerosis) dan adanya lemak yang
menyumbat pembuluh darah (atherosclerosis). Tapi beberapa kasus terakhir
menunjukkan peningkatan kasus stroke yang
terjadi pada usia remaja dan usia produktif (15 - 40 tahun). Pada golongan
ini, penyebab utama stroke adalah stress, penyalahgunaan narkoba, alkohol,
faktor keturunan, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Penyebab stroke
Pada kasus stroke usia remaja, faktor genetika (keturunan) merupakan
penyebab utama terjadinya stroke. Sering ditemui kasus stroke yang
disebabkan oleh pembuluh darah yang rapuh dan mudah pecah, atau kelainan
sistem darah seperti penyakit hemofilia dan thalassemia yang diturunkan oleh
orang tua penderita. Sedangkan jika ada anggota
keluarga yang menderita diabetes (penyakit kencing manis), hipertensi
(tekanan darah tinggi), dan penyakit jantung, kemungkinan terkena stroke
menjadi lebih besar pada anggota keluarga lainnya.
Penyebab serangan stroke lainnya adalah makanan dengan kadar kolesterol
jahat (Low Density Lipoprotein) yang sangat tinggi. Koleserol jahat ini banyak
terdapat pada junk food, atau makanan cepat saji. Selain itu, penyebab
terjadinya serangan stroke
lainnya adalah kebiasaan malas berolah raga dan bergerak, banyak minum
alkohol, merokok, penggunaan narkotika dan zat adiktif, waktu istirahat
yang sangat kurang, serta stress yang berkepanjangan. Pecahnya pembuluh
darah juga sering diakibatkan karena penyakit tekanan darah tinggi
(hipertensi).
Gejala terjadinya serangan stroke
Gejala awal stroke umumnya pusing, kepala serasa berputar (seperti
penyakit vertigo), kemudian disusul dengan gangguan berbicara dan
menggerakkan otot mulut. Gejala lainnya adalah tergangguanya sensor perasa
(tidak bisa merasakan apapun , seperti dicubit atau ditusuk jarum) dan
tubuh terasa lumpuh sebelah, serta tidak adanya gerakan refleks. Sering
juga terjadi buta mendadak atau kaburnya pandangan (karena suplai darah
dan oksigen ke mata berkurang drastis), terganggunya sistem rasa di mulut
dan otot-otot mulut (sehingga sering dijumpai wajah penderita menjadi
mencong), lumpuhnya otot-otot tubuh yang lain, dan terganggunya sistem
memory dan emosi. Sering dijumpai penderita tidak dapat menghentikan
tangisnya karena lumpuhnya kontrol otak pada sistem emosinya. Hal itu
membuat penderita stroke berlaku seperti penderita penyakit kejiwaan,
padahal bukan. Hal-hal seperti ini yang perlu dimengerti oleh keluarga
penderita.
Proses penyembuhan
Ada 2 proses penyembuhan utama yang harus dijalani penderita. Pertama
adalah penyembuhan dengan obat-obatan di rumah sakit. Kontrol yang ketat
harus dilakukan untuk menjaga agar kadar kolesterol jahat dapat diturunkan
dan tidak bertambah naik. Selain itu, penderita juga dilarang makan
makanan yang dapat memicu terjadinya serangan stroke seperti junk food dan
garam (dapat memicu hipertensi).
Proses penyembuhan kedua adalah fisiotherapy, yaitu latihan otot-otot untuk
mengembalikan fungsi otot dan fungsi
komunikasi agar mendekati kondisi semula. Fisiotherapi dilakukan bersama
instruktur fisiotherapi, dan pasien harus taat pada latihan yang
dilakukan. Jika fisiotherapi ini tidak dijalani dengan sungguh-sungguh,
maka dapat terjadi kelumpuhan permanen pada anggota tubuh yang pernah
mengalami kelumpuhan.
Kesembuhan pada penderita stroke sangat bervariasi. Ada yang bisa sembuh
sempurna (100 %), ada pula yang cuma 50 % saja. Kesembuhan ini tergantung
dari parah atau tidaknya serangan stroke, kondisi tubuh penderita,
ketaatan penderita dalam menjalani proses penyembuhan, ketekunan dan
semangat penderita untuk sembuh, serta dukungan dan pengertian dari
seluruh anggota keluarga penderita. Seringkali ditemui bahwa penderita
stroke dapat pulih kembali, tetapi menderita depresi hebat karena keluarga
mereka tidak mau mengerti dan merasa sangat terganggu dengan penyakit yang
dideritanya (seperti sikap tidak menerima keadaan penderita, perlakuan
kasar karena harus membersihkan kotoran penderita, menyerahkan penderita
kepada suster yang juga memperlakukan penderita dengan kasar, dan
sebagainya). Hal ini yang harus dihindarkan jika ada anggota keluarga yang
menderita serangan stroke.
Sebagai salah satu penyebab kematian terbanyak, penyakit stroke hanya
diidentikkan dengan kelumpuhan anggota gerak yang menyerang secara
tiba-tiba serta terjadinya penurunan kesadaran.
Justru gejala tersamar dari stroke kurang diwaspadai, seperti gangguan
bahasa, gangguan memori, gangguan emosi, gangguan perilaku, dan demensia
(pikun). Padahal, deteksi dini terhadap gejala stroke merupakan hal yang
utama, sebab sampai saat ini belum semua pelayanan kesehatan memiliki alat
mutakhir yang mampu mendeteksi stroke.
Demikian penjelasan Dodik Tugasworo SpS, staf bagian Neurologi Rumah Sakit
Umum (RSU) Dr Kariadi, Semarang, dalam seminar Stroke dan Rehabilitasi
yang digelar di Wisma Katarina RS Elizabeth, Semarang, Sabtu (22/2).
Pembicara lain adalah ahli Patologis Klinis dari RSU Dr Kariadi AP Pradana
SpPK, staf bagian Neurologi RSU Dr Kariadi, Martinus Julianto SpS, dan
ahli rehabilitasi medik RS Elizabeth E Endang Sri Mariani SpRM.
Di Amerika Serikat (AS), negara yang maju teknologinya, penyakit stroke
merupakan penyebab kematian kedua terbesar setelah penyakit jantung.
Setiap tahunnya diperkirakan 750.000 orang menderita stroke dengan angka
kematian melebihi 150.000 orang per tahun dan biaya riset 46 juta dollar
AS per tahun.
Sepertiga penderita meninggal saat serangan awal (fase akut), sepertiga
lagi mengalami stroke berulang, dan dari 50 persen yang selamat akan
mengalami kecacatan. Dari satu juta populasi, dilaporkan sekitar 2.400
orang menderita stroke dan sekitar 1.800 orang akan kambuh kembali.
Di Indonesia, data yang valid tentang prevalensi penderita stroke memang
belum ada. Namun sebagai contoh saja, di bangsal saraf RSU Dr Kariadi,
setiap bulannya menerima pasien stroke antara 40-60 orang. Sedangkan di RS
Elizabeth, tahun 2001 terdapat 152 penderita stroke, dan pada tahun 2002
menjadi 339 penderita stroke.
Pola modern
Peningkatan angka penderita stroke ini disebabkan pola hidup modern yang
tidak seimbang. Kurang berolahraga, namun pola makan tidak sehat dan sarat
dengan makanan junk food. Bahkan, stroke tak lagi cuma menyerang mereka
yang berumur 40 tahun ke atas, tetapi remaja dan anak-anak pun tak luput
dari serangan penyakit ini.
"Jika salah satu dari keluarga kita terkena stroke, bawalah segera ke
dokter. Penanganan yang cepat tidak boleh lebih dari 6 hingga 12 jam.
Bahkan, di luar negeri penanganan tidak boleh lebih dari tiga jam. Jika
serangan stroke tidak segera diatasi, akan terjadi dampak bagi kesembuhan
sang penderita," jelas Dodik
Martinus menjelaskan, stroke dapat dibagi dua bagian, yaitu stroke
perdarahan dan stroke sumbatan. Sekitar 80 persen penderita mengalami
stroke sumbatan dan hanya sedikit penderita yang mengalami stroke
perdarahan. Keduanya memiliki kelemahan, yaitu stroke perdarahan pada
tahap akut dapat mengakibatkan angka kematian (mortalitas) yang tinggi.
Sedangkan stroke sumbatan, yang sulit ditangani adalah gejala sisanya.
Stroke sumbatan mengakibatkan banyak sel otak yang mati. (VIN)
Sumber : Free Lists
mengalami gangguan (berkurang). Akibatnya, nutrisi dan oksigen yang
dbutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Penyebab stroke ada 2 macam,
yaitu adanya sumbatan di pembuluh darah (trombus), dan adanya pembuluh darah
yang pecah.
Umumnya stroke diderita oleh orang tua, karena proses penuaan menyebabkan
pembuluh darah mengeras dan menyempit (arteriosclerosis) dan adanya lemak yang
menyumbat pembuluh darah (atherosclerosis). Tapi beberapa kasus terakhir
menunjukkan peningkatan kasus stroke yang
terjadi pada usia remaja dan usia produktif (15 - 40 tahun). Pada golongan
ini, penyebab utama stroke adalah stress, penyalahgunaan narkoba, alkohol,
faktor keturunan, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Penyebab stroke
Pada kasus stroke usia remaja, faktor genetika (keturunan) merupakan
penyebab utama terjadinya stroke. Sering ditemui kasus stroke yang
disebabkan oleh pembuluh darah yang rapuh dan mudah pecah, atau kelainan
sistem darah seperti penyakit hemofilia dan thalassemia yang diturunkan oleh
orang tua penderita. Sedangkan jika ada anggota
keluarga yang menderita diabetes (penyakit kencing manis), hipertensi
(tekanan darah tinggi), dan penyakit jantung, kemungkinan terkena stroke
menjadi lebih besar pada anggota keluarga lainnya.
Penyebab serangan stroke lainnya adalah makanan dengan kadar kolesterol
jahat (Low Density Lipoprotein) yang sangat tinggi. Koleserol jahat ini banyak
terdapat pada junk food, atau makanan cepat saji. Selain itu, penyebab
terjadinya serangan stroke
lainnya adalah kebiasaan malas berolah raga dan bergerak, banyak minum
alkohol, merokok, penggunaan narkotika dan zat adiktif, waktu istirahat
yang sangat kurang, serta stress yang berkepanjangan. Pecahnya pembuluh
darah juga sering diakibatkan karena penyakit tekanan darah tinggi
(hipertensi).
Gejala terjadinya serangan stroke
Gejala awal stroke umumnya pusing, kepala serasa berputar (seperti
penyakit vertigo), kemudian disusul dengan gangguan berbicara dan
menggerakkan otot mulut. Gejala lainnya adalah tergangguanya sensor perasa
(tidak bisa merasakan apapun , seperti dicubit atau ditusuk jarum) dan
tubuh terasa lumpuh sebelah, serta tidak adanya gerakan refleks. Sering
juga terjadi buta mendadak atau kaburnya pandangan (karena suplai darah
dan oksigen ke mata berkurang drastis), terganggunya sistem rasa di mulut
dan otot-otot mulut (sehingga sering dijumpai wajah penderita menjadi
mencong), lumpuhnya otot-otot tubuh yang lain, dan terganggunya sistem
memory dan emosi. Sering dijumpai penderita tidak dapat menghentikan
tangisnya karena lumpuhnya kontrol otak pada sistem emosinya. Hal itu
membuat penderita stroke berlaku seperti penderita penyakit kejiwaan,
padahal bukan. Hal-hal seperti ini yang perlu dimengerti oleh keluarga
penderita.
Proses penyembuhan
Ada 2 proses penyembuhan utama yang harus dijalani penderita. Pertama
adalah penyembuhan dengan obat-obatan di rumah sakit. Kontrol yang ketat
harus dilakukan untuk menjaga agar kadar kolesterol jahat dapat diturunkan
dan tidak bertambah naik. Selain itu, penderita juga dilarang makan
makanan yang dapat memicu terjadinya serangan stroke seperti junk food dan
garam (dapat memicu hipertensi).
Proses penyembuhan kedua adalah fisiotherapy, yaitu latihan otot-otot untuk
mengembalikan fungsi otot dan fungsi
komunikasi agar mendekati kondisi semula. Fisiotherapi dilakukan bersama
instruktur fisiotherapi, dan pasien harus taat pada latihan yang
dilakukan. Jika fisiotherapi ini tidak dijalani dengan sungguh-sungguh,
maka dapat terjadi kelumpuhan permanen pada anggota tubuh yang pernah
mengalami kelumpuhan.
Kesembuhan pada penderita stroke sangat bervariasi. Ada yang bisa sembuh
sempurna (100 %), ada pula yang cuma 50 % saja. Kesembuhan ini tergantung
dari parah atau tidaknya serangan stroke, kondisi tubuh penderita,
ketaatan penderita dalam menjalani proses penyembuhan, ketekunan dan
semangat penderita untuk sembuh, serta dukungan dan pengertian dari
seluruh anggota keluarga penderita. Seringkali ditemui bahwa penderita
stroke dapat pulih kembali, tetapi menderita depresi hebat karena keluarga
mereka tidak mau mengerti dan merasa sangat terganggu dengan penyakit yang
dideritanya (seperti sikap tidak menerima keadaan penderita, perlakuan
kasar karena harus membersihkan kotoran penderita, menyerahkan penderita
kepada suster yang juga memperlakukan penderita dengan kasar, dan
sebagainya). Hal ini yang harus dihindarkan jika ada anggota keluarga yang
menderita serangan stroke.
Sebagai salah satu penyebab kematian terbanyak, penyakit stroke hanya
diidentikkan dengan kelumpuhan anggota gerak yang menyerang secara
tiba-tiba serta terjadinya penurunan kesadaran.
Justru gejala tersamar dari stroke kurang diwaspadai, seperti gangguan
bahasa, gangguan memori, gangguan emosi, gangguan perilaku, dan demensia
(pikun). Padahal, deteksi dini terhadap gejala stroke merupakan hal yang
utama, sebab sampai saat ini belum semua pelayanan kesehatan memiliki alat
mutakhir yang mampu mendeteksi stroke.
Demikian penjelasan Dodik Tugasworo SpS, staf bagian Neurologi Rumah Sakit
Umum (RSU) Dr Kariadi, Semarang, dalam seminar Stroke dan Rehabilitasi
yang digelar di Wisma Katarina RS Elizabeth, Semarang, Sabtu (22/2).
Pembicara lain adalah ahli Patologis Klinis dari RSU Dr Kariadi AP Pradana
SpPK, staf bagian Neurologi RSU Dr Kariadi, Martinus Julianto SpS, dan
ahli rehabilitasi medik RS Elizabeth E Endang Sri Mariani SpRM.
Di Amerika Serikat (AS), negara yang maju teknologinya, penyakit stroke
merupakan penyebab kematian kedua terbesar setelah penyakit jantung.
Setiap tahunnya diperkirakan 750.000 orang menderita stroke dengan angka
kematian melebihi 150.000 orang per tahun dan biaya riset 46 juta dollar
AS per tahun.
Sepertiga penderita meninggal saat serangan awal (fase akut), sepertiga
lagi mengalami stroke berulang, dan dari 50 persen yang selamat akan
mengalami kecacatan. Dari satu juta populasi, dilaporkan sekitar 2.400
orang menderita stroke dan sekitar 1.800 orang akan kambuh kembali.
Di Indonesia, data yang valid tentang prevalensi penderita stroke memang
belum ada. Namun sebagai contoh saja, di bangsal saraf RSU Dr Kariadi,
setiap bulannya menerima pasien stroke antara 40-60 orang. Sedangkan di RS
Elizabeth, tahun 2001 terdapat 152 penderita stroke, dan pada tahun 2002
menjadi 339 penderita stroke.
Pola modern
Peningkatan angka penderita stroke ini disebabkan pola hidup modern yang
tidak seimbang. Kurang berolahraga, namun pola makan tidak sehat dan sarat
dengan makanan junk food. Bahkan, stroke tak lagi cuma menyerang mereka
yang berumur 40 tahun ke atas, tetapi remaja dan anak-anak pun tak luput
dari serangan penyakit ini.
"Jika salah satu dari keluarga kita terkena stroke, bawalah segera ke
dokter. Penanganan yang cepat tidak boleh lebih dari 6 hingga 12 jam.
Bahkan, di luar negeri penanganan tidak boleh lebih dari tiga jam. Jika
serangan stroke tidak segera diatasi, akan terjadi dampak bagi kesembuhan
sang penderita," jelas Dodik
Martinus menjelaskan, stroke dapat dibagi dua bagian, yaitu stroke
perdarahan dan stroke sumbatan. Sekitar 80 persen penderita mengalami
stroke sumbatan dan hanya sedikit penderita yang mengalami stroke
perdarahan. Keduanya memiliki kelemahan, yaitu stroke perdarahan pada
tahap akut dapat mengakibatkan angka kematian (mortalitas) yang tinggi.
Sedangkan stroke sumbatan, yang sulit ditangani adalah gejala sisanya.
Stroke sumbatan mengakibatkan banyak sel otak yang mati. (VIN)
Sumber : Free Lists
Bagaimana Tidur yang Sehat?
1. Persiapkan diri Anda dengan memastikan Anda dalam keadaan kalem dan santai sebelum tidur. Sebelum beranjak ke ranjang, lakukan aktifitas ringan. Hindari musik yang keras dan televisi. Matikan lampu. Membaca, yoga dan meditasi bisa membantu Anda bersiap-siap tidur.
2. Pastikan Anda mentaati jadwal rutin dengan tidur dan bangun di waktu yagn sama setiap harinya. Tubuh Anda akan terbiasa dengan jadwal tersebut dan akan terbiasa mempersiapkan tidur yang enak. Pastikan kamar Anda dingin dan nyaman.
3. Jika Anda menghabiskan waktu lebih dari 15 menit di ranjang untuk bersiap tidur, sebaiknya lakukan sesuatu hal yang membuat relaks tapi jangan di atas kasur. Berada di ranjang saat terjaga malah meningkatkan kekhawatiran Anda tak bisa tidur.
4. Olahraga bisa membuat Anda tidur lebih baik, tapi jika dilakukan diwaktu yang tepat tentunya. Waktu yang paling ideal untuk olahraga adalah pagi hari. Berolahraga siang hari akan membuat ngantuk. Itu karena olahraga membuat energi tubuh meningkat.
5. Jangan makan makanan berat sebelum tidur dan jangan mengkonsumsi kafein di sore atau malam hari. Jangan merokok. Alkohol juga mengganggu kemampuan tidur
2. Pastikan Anda mentaati jadwal rutin dengan tidur dan bangun di waktu yagn sama setiap harinya. Tubuh Anda akan terbiasa dengan jadwal tersebut dan akan terbiasa mempersiapkan tidur yang enak. Pastikan kamar Anda dingin dan nyaman.
3. Jika Anda menghabiskan waktu lebih dari 15 menit di ranjang untuk bersiap tidur, sebaiknya lakukan sesuatu hal yang membuat relaks tapi jangan di atas kasur. Berada di ranjang saat terjaga malah meningkatkan kekhawatiran Anda tak bisa tidur.
4. Olahraga bisa membuat Anda tidur lebih baik, tapi jika dilakukan diwaktu yang tepat tentunya. Waktu yang paling ideal untuk olahraga adalah pagi hari. Berolahraga siang hari akan membuat ngantuk. Itu karena olahraga membuat energi tubuh meningkat.
5. Jangan makan makanan berat sebelum tidur dan jangan mengkonsumsi kafein di sore atau malam hari. Jangan merokok. Alkohol juga mengganggu kemampuan tidur
Fakta Seputar Tidur
Tahukah Anda bahwa tidur punya fungsi yang lebih dari sekedar mengistirahatkan tubuh saja. Kurang tidur bisa bikin memori otak terganggu bahkan bunuh diri. Jadi?
Penelitian menemukan bahwa tidur tak hanya melindung memori dari pengaruh luar tapi juga membantu menguatkannya. Mereka yang tidur lebih sedikit mempunyai hormon stres, kortikosteron yang lebih tinggi. Hormon inilah yang mengganggu reproduksi sel di otak orang dewasa.
Tapi ini bisa kembali normal setelah Anda bisa tidur enak selama seminggu. Betapa tidak menguntungkan bukan? Tapi jangan juga menghabiskan waktu yang berlebihan untuk tidur.
Umumnya waktu tidur normal seseorang adalah 7 jam. Namun banyak yang hanya menghabiskan waktu selama 5 jam saja untuk istirahat. Rupanya waktu tidur yang tak normal ini bisa menambah tinggi risiko masalah kardiovaskular.
Hal ini berisiko besar terhadap gangguan jantung. Biasanya ini akan membuat detak jantung Anda tak normal.
Tidur bisa jadi penyembuh yang baik. Pada saat inilah pertumbuhan organisme tubuh. Sebagai contoh tidur bisa menumbuhkan tingkat hormon pertumbuhan dan menganti sistem imune.
Pada orang dewasa, kurang tidur bisa membuat depresi berat. Dalam keadaan kurang tidur yang parah, depresi akan bertambah ditambah otak tak bisa berpikir jernih, banyak kasus bunuh diri karenanya. Waduh...
Fakta Menarik Seputar Tidur
- Saat kita sedang tidur nyenyak, nafas, detak jantung dan tekanan darah berada dalam tingkat yang paling rendah.
- Saat kita sedang bermimpi, otak biasanya bekerja mencari pengalaman serupa yang pernah terjadi ketika kita sedang dalam keadaan sadar.
- Banyak orang menderita insomnia adalah pengaruh dari rasa khawatir dan depresi. Dan rata-rata penderita insomnia paling tinggi adalah wanita dan orang tua.
- Rata-rata orang bangun sekitar 6 kali setiap waktu mereka tidur.
- Temperatur tubuh Anda akan menurun drastik menjelang pagi. Biasanya titik paling rendah adalah sekitar jam 4 pagi. Kemudian akan naik lagi setelah matahari terbit.
- Walaupun kita sedang tertidur pulas, ada beberapa bagian dari tubuh kita yang bisa menerima suara atau sinyal dari sekitar. Itu mengapa orang tua selalu bangun ketika bayinya menangis.
Penelitian menemukan bahwa tidur tak hanya melindung memori dari pengaruh luar tapi juga membantu menguatkannya. Mereka yang tidur lebih sedikit mempunyai hormon stres, kortikosteron yang lebih tinggi. Hormon inilah yang mengganggu reproduksi sel di otak orang dewasa.
Tapi ini bisa kembali normal setelah Anda bisa tidur enak selama seminggu. Betapa tidak menguntungkan bukan? Tapi jangan juga menghabiskan waktu yang berlebihan untuk tidur.
Umumnya waktu tidur normal seseorang adalah 7 jam. Namun banyak yang hanya menghabiskan waktu selama 5 jam saja untuk istirahat. Rupanya waktu tidur yang tak normal ini bisa menambah tinggi risiko masalah kardiovaskular.
Hal ini berisiko besar terhadap gangguan jantung. Biasanya ini akan membuat detak jantung Anda tak normal.
Tidur bisa jadi penyembuh yang baik. Pada saat inilah pertumbuhan organisme tubuh. Sebagai contoh tidur bisa menumbuhkan tingkat hormon pertumbuhan dan menganti sistem imune.
Pada orang dewasa, kurang tidur bisa membuat depresi berat. Dalam keadaan kurang tidur yang parah, depresi akan bertambah ditambah otak tak bisa berpikir jernih, banyak kasus bunuh diri karenanya. Waduh...
Fakta Menarik Seputar Tidur
- Saat kita sedang tidur nyenyak, nafas, detak jantung dan tekanan darah berada dalam tingkat yang paling rendah.
- Saat kita sedang bermimpi, otak biasanya bekerja mencari pengalaman serupa yang pernah terjadi ketika kita sedang dalam keadaan sadar.
- Banyak orang menderita insomnia adalah pengaruh dari rasa khawatir dan depresi. Dan rata-rata penderita insomnia paling tinggi adalah wanita dan orang tua.
- Rata-rata orang bangun sekitar 6 kali setiap waktu mereka tidur.
- Temperatur tubuh Anda akan menurun drastik menjelang pagi. Biasanya titik paling rendah adalah sekitar jam 4 pagi. Kemudian akan naik lagi setelah matahari terbit.
- Walaupun kita sedang tertidur pulas, ada beberapa bagian dari tubuh kita yang bisa menerima suara atau sinyal dari sekitar. Itu mengapa orang tua selalu bangun ketika bayinya menangis.
Cara Sehat Lepas Emosi
Emosi kadangkala sulit dikontrol. Tapi kalau tidak dikeluarkan juga bisa berbahaya. Ada cara melepas emosi tanpa harus merusak atau menyakiti. Ini dia!
1. Cari tempat yang sepi, bekali diri Anda dengan pulpen dan kertas.
2. Tulis semua keluh kesah, rasa frustasi dan perasaan Anda mengenai masalah atau seeorang yang membuat Anda kesal. Jangan berhenti sampai Anda benar-benar lelah, atau tidak tahu harus menulis apa lagi. Setelah selesai, segera berhenti, dan jangan pikirkan lagi apa yang baru saja Anda lakukan.
3. Hari berikutnya lakukan hal yang sama, dan simpan kertasnya. Lakukan juga hal tersebut pada hari berikutnya.
4. Di hari ke 4 baca semua tulisan Anda, kemudian cari tempat yang aman untuk membakarnya. Ketika kertas tersebut jadi abu, saat itulah emosi Anda juga hilang.
5.Dengan perasaan yang lebih ringan dan emosi yang stabil, kini Anda bisa mengkonsultasikan masalah dengan orang lain. Anda juga bisa berpikir secara jernih, dan mengambil keputusan dengan pikiran yang bersih.
Nah, daripada marah-marah di bulan puasa hanya mengurangi pahala, lebih baik lakukan kegiatan yang bermutu. Sibukkan diri Anda dengan hal lain
1. Cari tempat yang sepi, bekali diri Anda dengan pulpen dan kertas.
2. Tulis semua keluh kesah, rasa frustasi dan perasaan Anda mengenai masalah atau seeorang yang membuat Anda kesal. Jangan berhenti sampai Anda benar-benar lelah, atau tidak tahu harus menulis apa lagi. Setelah selesai, segera berhenti, dan jangan pikirkan lagi apa yang baru saja Anda lakukan.
3. Hari berikutnya lakukan hal yang sama, dan simpan kertasnya. Lakukan juga hal tersebut pada hari berikutnya.
4. Di hari ke 4 baca semua tulisan Anda, kemudian cari tempat yang aman untuk membakarnya. Ketika kertas tersebut jadi abu, saat itulah emosi Anda juga hilang.
5.Dengan perasaan yang lebih ringan dan emosi yang stabil, kini Anda bisa mengkonsultasikan masalah dengan orang lain. Anda juga bisa berpikir secara jernih, dan mengambil keputusan dengan pikiran yang bersih.
Nah, daripada marah-marah di bulan puasa hanya mengurangi pahala, lebih baik lakukan kegiatan yang bermutu. Sibukkan diri Anda dengan hal lain
Subscribe to:
Posts (Atom)